still blessed zone

i'm not a perfect girl.. i'm just want to survive in this world

My Photo
Name:
Location: bandung, jawa barat, Indonesia

saya adalah saya dan kamu adalah kamu.. semua punya kekurangan dan kelebihan.. begitu juga saya yang punya banyak kelebihan.. yaitu kekurangan haha..

Monday, November 23, 2009

pengamen dibandung yang kian hari kian menjamur

Bermodalkan suara pas-pasan, dan mental baja para pengamen pun beraksi. Tak kenal waktu, pagi , siang , sore dan malam pun mereka selalu eksis menghibur orang-orang yang tak meminta untuk dihubur. Tak kenal musim, mau musim panas, hujan dan bahkan musim panceklik, mereka pun tetap tak patah semangat. Ini lah fenomena yang terjadi dibandung, tapi memang bukan hanya terjadi dibandung, hanya saja saya ingin menyoroti bagaimana kehidupan mereka dikota kembang ini.

Jreng-jreng-jreng.Tralala trilili. Kadang malah cuma bergumam dan bertepuk tangan. Anggap saja world music. Lalu musisi itu kita kasih duit. Daripada repot, daripada ribut, daripada dicap kikir, kan? Lagi pula cari makan memang susah. Lapangan pekerjaan tersedia, tapi tak semua orang sesuai kualifikasi. Dari pengamen, kadang kita menuai kejengkelan. Misalnya ketika saya tak mendengar musik mereka karena sedang memutar musik sendiri. Lantas mereka berteriak-teriak dari pintu pagar. Bagi mereka itulah cara yang masuk akal untuk memberitahu.

Lebih mengesalkan lagi, ketika kita sedang menerima telepon, mereka terus berteriak-teriak, padahal sudah jelas-jelas ia melihat bahwa kita sedang berbicara ditelepon, namun mereka tak perduli, dengan semangat empat limanya mereka tetap mengumandangkan lagu abal-abal yang mereka miliki. Terkadang tak jika mereka tidak diberi uang, mereka tetep keukeh berdiri disamping kita dan tidak akan beranjak sampai kita memberikan uang kepada mereka. Pengamen juga merepotkan saat kita sedang makan di warung. Apalagi kalau kita makan tanpa sendok-garpu tapi muluk (Jawa: langsung pakai tangan). Merogoh uang menjadi pekerjaan sulit.

Baru lima suapan datang pengamen berikutnya. Lalu berulang dan berulang. Yah apa boleh buat. Apalagi nyanyian mereka kadang memang mengarah, menyindir tuan yang makan lezat tapi mengabaikan si miskin yang kelaparan. Yang saya herankan, kenapa ditempat dimana banyaknya mahasiswa, para pengamen pun menjamur? Seakan mereka mempunyai radar dimana tempat yang empuk untuk mengamen. Namun yang paling menjengkelkan kalau disatu tempat ada 4 sekaligus pengamen yang dating bergiliran. Bukan hanya merusak pendengaran dengan suara mereka yang pas-pasan dan tampang alay mereka, tapi juga menguras kantong. Bayangkan kalau setiap pengamen diberi seribu rupiah untuk setiap performance mereka, dan disusul dengan 4 rombongan pengamen lain, jika di kalkulasi sehari kita mnyisihkan lima ribu rupiah hanya untuk para pengamen. Dan menurut saya, mereka yang jadi pengamen tersebut adalah orang-orang yang tidak mau berusaha. Mereka hanya mau enaknya saja. Dan inilah kenapa para pengamen semakin hari semakin menjamur. Belum lagi kota bandung adalah kota tempat salah satu tujuan wisata yang dipilih banyak orang, yang otomatis banyak para pendatang sangat berbaik hati, memberikan uang kepada pengamen yang dating dan bernyanyi didepan mereka.Belum lagi terkadang Kita senang kalau dalam nyanyiannya mereka mencerca penguasa, tapi kesal kalau kita juga ditempatkan sebagai si kaya teman penguasa.

Harusnya, masalah ini sudah dianggap serius oleh Pemerintah Daerah, dengan tidak hanya mengeluarkan larangan untuk tidak memberikan uang pada pengamen. Tapi apa dengan larangan tersebut semua masalah tersebut akan selesai? Harusnya, juga diadakan lembaga masyarakat yang dengan sungguh-sungguh bias menangani permasalahan social tersebut. Sehingga mereka bias memiliki keahlian yang lebih baik yang bias diandalkan dan tidak hanya sekedar menjadi sampah masyarakat. Sehingga dengan demikian kita bias membangun anak bangsa untuk lebih mandiri lagi.

1 Comments:

Anonymous Anonymous said...

mei,,curhat y?
hehe..
nice post..
mari ciptakan lapangan kerja bagi mereka yang tidak bisa mencari peluang kerja di kantoran...

January 5, 2011 at 7:30 PM  

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home